Category Archives: Aneka Ria Berita

Berita-berita yang berkaitan dengan Taman Ide atau berita yang berkaitan dengan problematika budaya media

Menulis Musik Jangan Terjebak Aspek Teknis dan Gosip Belaka

Laporan oleh: Purnomo Sidik

[Unpad.ac.id, 20/05/2011] Banyak media melihat musik sebatas hiburan yang cenderung berpihak kepada sisi komersial.  Banyak informasi yang disampaikan terjebak padaformalisme, yaitu bercerita tentang artis, tren, gaya hidup, teknik bermusik, dan gosip-gosip.  Akibatnya, pencinta musik yang mengonsumsi informasi tersebut  tidak bisa mempelajari dan menjadikan inspirasi.

M. Taufiqurrahman, salah satu editor jakartabeat.net (Foto: Purnomo Sidik)*

Menurut salah satu editorjakartabeat.net,  M. Taufiqurrahman , apabila dikaji lebih dalam, menulis musik semestinya memberi sudut pandang yang membuka pikiran pembaca.  Hal ini yang menjadikan menulis musik terasa sulit. “Sulit bukan karena keharusan untuk menginterprestasikan suara atau beberapa instrumen, tetapi karena menulis musik pada akhirnya menulis tentang manusia, ” ungkap Taufiqurrahman, saat bicara dalam diskusi dan bedah buku  dengan Tema “Jurnalisme Musik dan Relevansinya sebagai media kritik sosial”.

Dalam diskusi ini, Lutfi Adam yang merupakan staf pengajar jurnalistik Fikom, dan Pry S, juga editor di jakartabeat.net, didaulat sebagai pembicara dengan dimoderatori oleh Idhar Resmadi dari CommonroomDiskusi buku Like This yang merupakan kumpulan tulisan pilihan jakartabeat.net 2009-2010 ini, diselenggarakan berkat kerjasama jakartabeat.netdengan Komunitas Musik Fikom Unpad yang bertempat di Gedung II Lantai 3 Fikom Unpad  Jatinangor  Jln. Raya Bandung – Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang , pada Kamis (19/05) kemarin.

Senada dengan M. Taufiqurrahman,  Lutfi Adam menambahkan bahwa musik bukanlah sekedar ekspresi  estetika. Musik memuat motif-motif tertentu sebagai pengetahuan.  “ Musik memiliki makna menghadirkan pesan-pesan subjektif si musisi, sehinga sebuah tulisan mengenai suatu musikalitas bisa menyentuh sisi kritik mengenai sisi subjektifitas musikalitas si pemusik.  Di titik inilah saya baru mengerti apa yang dimaksud oleh Taufiq yaitu menulis musik adalah menulis tentang manusia,” jelas Lutfi.

Dalam sejumlah contoh tulisan di buku Like ThisLutfi menjelaskan bahwa kemanusiaan dapat dimaknai dari musik. Musik menjadi suatu media atau alat bagi manusia sebagai agen dalam kehidupan  sosial.  Salah satu contoh model kritik dalam buku tersebut adalah tulisan karya Felix Dass yang berjudul,  Dethu dan Program Radio Bali The Block Rockin’ Beats.

”Felix yang juga musisi mengerti benar kontribusi Dethu yang juga personil band Superman Is Dead, dalam kultur musik indie di Bali. Felix menampilkan kontruksi Dethu sebagai musisi yang juga berperan dalam praktik budaya menyebarkan pengetahuan musik dalam jangkaun selera  Dethu lewat program radio,” imbuhnya.

Sementara itu Taufiq menjelaskan, bahwa menulis tentang musik bisa membawa kita menelusuri bukan hanya bagaimana manusia bereaksi terhadap lingkungan sosial dan budaya, namun kita juga melihat manusia itu dipenjara dalam struktur musik tertentu.  Seperti halnya di Indonesia pada dekade1970-an, dimana bahayanya berkesenian waktu itu. Ketika musisi antikemapanan semacam Harry Roesli, Pambers sibuk merumuskan musik perlawanan mereka. Dengan cerdas memasukkan dua atau tiga lagu tentang observasi sosial yang  tajam yang menjadi bekal bagi kritik sosial dengan mengunakan lirik bahasa Inggris supaya lolos sensor.

“Hanya dengan memahami bahwa musik bukan berada di ruang hampa kehidupan manusia.  Dengan menulis tentang musik,  sebenarnya kita sudah memberdayakan kritik sosial.  Fungsi ini semakin mudah jika apabila musik itu sendiri memiliki kehendak untuk menjadi sarana kritik sosial.” Imbuh Taufiq. (eh)*

http://www.unpad.ac.id/archives/41312?utm_source=feedburner&utm_medium=twitter&utm_campaign=Feed%3A+UniversitasPadjadjaran+%28Universitas+Padjadjaran%29