Membuat Lagu Anak, Yuk!

Berawal dari diskusi dengan Leoni Rahmawati di ruang tunggu kantor Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Fasli Jalal, meluncurlah ide program pembuatan lagu anak-anak.

“Kan Taman Ide di Bandung semarkas sama beberapa band, kenapa gak ajak mereka bikin lagu buat anak-anak? Hasilnya disebar ke PAUD pake acara workshop”, Ujar Leoni yang namanya sama dengan salah satu personil Trio Kwek-Kwek. Jangan-jangan juga karena hal itu Leoni kepikiran program ini? Ternyata bukan, Ibunda Leoni memiliki PAUD dan kata Leoni saat ini PAUD kekurangan stok lagu anak-anak.

Sejak itu gagasan program ini hidup di benak saya. Banyak pertanyaan yang muncul, kapan lagu anak-anak terakhir dibuat? Lagu anak-anak sekarang seperti apa yah? Apakah anak-anak sekarang menyanyikan lagu anak-anak atau lagu pop remaja/dewasa yang membludak di tv? Beberapa hari setelah audiensi dengan Pak Fasli Jalal yang berjalan lancar dan sukses itu anak-anak Taman Ide berkumpul, salah satu agendanya membicarakan gagasan Leoni tersebut. Hasilnya, pegiat Taman Ide jatuh cinta pada ide tersebut.

Rancangan program ini unik, karena tujuannya adalah membuat lagu untuk anak-anak, bukan lagu tentang anak-anak. Sebagai ilustrasi silakan nyanyikan dalam hati (mau kencang-kencang juga silakan) lagu Satu-Satu, Balonku, Aku Seorang Kapiten, Dua Mata Saya dan banyak lagi. Atau silakan cek di Wikipedia daftar lagu anak. Ada yang ironis lho, daftar penciptanya amat pendek. Di Wikipedia hanya tercantum nama Ibu Sud, AT Mahmud, Pak Kasur, S.M. Mochtar, Cornel Simanjuntak, dan beberapa nama yang tidak populer di telinga saya M. Suharto, Daljono, Pak Dal dan R. Maladi. Selain itu banyak judul lagu anak dari berbagai daerah juga masuk daftar seperti Rasa Sayange dan Ampar-ampar Pisang. Di daftar pencipta lagu anak tidak ada nama Papa T. Bob, lho.

Saya rasa bagi yang suka memikirkan kondisi anak-anak, atau yang memperhatikan konten media dan budaya pop akan bisa mengembangkan argumen signifikansi gagasan ini. Dalam diskusi internal pegiat Taman Ide argumentasi program ini tidak banyak dibahas karena masing-masing telah mengerti signifikansi gagasan ini cukup tinggi. Intinya, tidak banyak – untuk tidak menyebutkan sangat sedikit – lagu anak yang punya nilai classic, long lasting, edukatif dan menjadi alternatif untuk dinyanyikan anak saat ini. Lagu anak yang dinyanyikan masih melulu karya-karya tahun 70an. Lalu pada ke mana pencipta lagu masa kini?

Patton Idola Cilik

Satu-satunya yang menjadi problem (selain problem teknis) adalah anak-anak umur berapa? Mengingat TK dengan SD saat ini sudah punya selera berbeda. Anak-anak SD sudah mampu mengapresiasi lagu remaja (terbayang mereka bernyanyi lagu Cinta Cenat Cenut milik boyband Sm*sh). Tengok pula tayangan ajang pencarian bakat di tv, anak-anak itu dipaksa menyanyikan lagu dewasa, sekaligus setelan baju dan dandanannya. Maka, kami memutuskan untuk membuat program untuk segmen anak usia dini.

Lalu siapa yang akan kita ajak kerjasama membuat lagu? Emang pegiat taman ide ada musisi? Idhar yang jurnalis musik bisanya bermain noise ala Sonic Youth, rasanya sulit buatnya menciptakan lagu anak. Lalu saya bertemu Galih yang punya nama beken Deugalih, personil band Deugalih and Folks yang sebentar lagi mau launching album. Ia langsung setuju dengan gagasan ini. Seperti yang saya duga dia pusing sendiri karena riset sana riset sini demi menemukan argumentasinya sendiri. Hasilnya bisa dilihat di tulisannya di blog Taman Ide dan di www.deugalih.multiply.com. Selain Deugalih and Folks, Taman Ide juga membutuhkan kontribusi banyak musisi untuk membuat lagu anak, merekamnya lalu disebarkan lewat program workshop. Tertantang bikin lagu anak?

Untuk mengawali program ini, tentu riset harus dilakukan untuk benar-benar memahami bagaimana lagu anak seharusnya. Secara teknis Galih telah membeberkannya meski masih seadanya, secara nonteknis pekerjaan riset harus mencakup berbagai sisi: psikologis, sosiologis, kultural dan pedagogis. Bagi Taman Ide sendiri gagasan ini adalah hal baru. Oleh karenanya berbagai masukan sangat kami nantikan.

– Luthfi Adam/Taman Ide

About tamanideindonesia

Pada 11 Januari 2011 Taman Ide dideklarasikan di Bandung dan resmi menjadi lembaga pada 22 Maret 2011. Misinya adalah menghasilkan produk-produk media yang berisi analisis dan gagasan-gagasan hasil riset sosial budaya, berjejaring dengan komunitas dalam masyarakat Indonesia dan bersama-sama ikut serta dalam kehidupan bermedia, dan mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan keterampilan bermedia yang setara.

Posted on May 27, 2011, in Media Action, Program Taman Ide and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment